~Setahun pasca wafatnya Habib
Muhammad
bin 'Alwi Al-Maliki Al-Hasani Mekkah, orang-orang Wahabi yang berniat
mau menghinakan Habib Muhammad, karena kebiasaan di Mekkah jika jenazah
sudah hancur maka akan dipindah ke tempat lain agar areal lama
dimasukkan jenazah yang baru; kemudian orang Wahabi melakukan penggalian
makam beliau, awalnya mereka berharap agar apa yang mereka temukan
pasca 1 tahun adalah jenazah yang sudah hancur, tapi apa dikata ?
Ternyata tidak sesuai dengan perkiraan sebelumnya, JENAZAH Habib Muhammad masih UTUH.
~2
tahun kemudian, mereka menggali kembali makam Habib Muhammad, apa
dikata? JENAZAH pun masih utuh, bahkan RAMBUT dan KUKU beliau terlihat
tumbuh panjang.
~5 tahun kemudian, dilakukan hal yang sama, dan
ternyata JENAZAH beliau MASIH UTUH, bahkan TERCIUM AROMA WANGI YANG
WANGINYA MELEBIHI WANGINYA KAYU GAHRU
Subhanallah… Kejadian ini sudah mentaubatkan orang-orang Salafi Wahhabi.
Sumber: Al-Habib Segaf bin Hasan Baharun (Bangil)
beliau pulang ke rahmatullah pada 15 Ramadhan 1425H bersamaan 29 Oktober 2004, waktu subuh, hari Jumaat.
Biografi beliau
Sayyid
Prof. Dr. Muhammad ibn Sayyid ‘Alawi ibn Sayyid ‘Abbas ibn Sayyid
‘Abdul ‘Aziz al-Maliki al-Hasani al-Makki al-Asy’ari asy-Syadzili lahir
di Makkah pada tahun 1365 H. Pendidikan pertamanya adalah Madrasah
Al-Falah, Makkah, dimana ayah beliau Sayyid Alawi bin Abbas al Maliki
sebagai guru agama di sekolah tersebut yang juga merangkap sebagai
pengajar di halaqah di Haram Makki yang tempatnya sangat masyhur dekat
Bab As-salam. Beliau juga belajar kepada ulama-ulama Makkah terkemuka
lainnya, seperti Sayyid Amin Kutbi, Hassan Masshat, Muhammad Nur Sayf,
Sa’id Yamani, dan lain-lain.
Sayyid Muhammad memperoleh gelar
Ph.D-nya dalam Studi Hadits dengan penghargaan tertinggi dari Jami’
al-Azhar di Mesir, pada saat baru berusia dua puluh lima tahun. Beliau
kemudian melakukan perjalanan dalam rangka mengejar studi Hadits ke
Afrika Utara, Timur Tengah, Turki, Yaman, dan juga anak benua
Indo-Pakistan, dan memperoleh sertifikasi mengajar (ijazah) dan sanad
dari Imam Habib Ahmad Mashhur al Haddad, Syaikh Hasanayn Makhluf,
Ghumari bersaudara dari Marokko, Syekh Dya’uddin Qadiri di Madinah,
Maulana Zakariyya Kandihlawi, dan banyak lainnya.
Sayyid Muhammmad
merupakan pendidik Ahlus Sunnah wal Jama’ah, seorang ‘alim kontemporer
dalam ilmu hadits, ‘alim mufassir (penafsir) Qur’an, Fiqh, doktrin
(‘aqidah), tasawwuf, dan biografi Nabawi (sirah). Sayyid Muhammad
al-Makki merupakan seorang ‘aliim yang mewarisi pekerjaan dakwah
ayahanda, membina para santri dari berbagai daerah dan negara di dunia
Islam di Makkah al-Mukarromah. Ayahanda beliau adalah salah satu guru
dari ulama-ulama sepuh di Indonesia, seperti Hadratus Syaikh K.H. Hasyim
Asy’ari, KH. Abdullah Faqih Langitan, KH. Maimun Zubair dan lain-lain.
Ayah
beliau, Sayyid Alwi bin Abbas Almaliki (kelahiran Makkah th 1328H),
seorang alim ulama terkenal dan ternama di kota Makkah. Disamping aktif
dalam berdawah baik di Masjidil Haram atau di kota kota lainnya yang
berdekatan dengan kota Makkah seperti Thoif, Jeddah dll, Sayyid Alwi
Almaliki adalah seorang alim ulama yang pertama kali memberikan ceramah
di radio Saudi setelah salat Jumat dengan judul “Hadist al-Jumah”.
Begitu pula ayah beliau adalah seorang Qadhi yang selalu di panggil
masyarakat Makkah jika ada perayaan pernikahan.
Selama menjalankan
tugas da’wah, Sayyid Alwi bin Abbas Almaiki selalu membawa kedua
putranya Muhammad dan Abbas. Mereka berdua selalu mendampinginya kemana
saja ia pergi dan berceramah baik di Makkah atau di luar kota Makkah.
Adapun yang meneruskan perjalanan dakwah setelah wafat beliau adalah
Sayyid Muhammad bin Alwi Almaliki dan Sayyid Abbas selalu berurusan
dengan kemaslahatan kehidupan ayahnya.
Sebagaimana adat para Sadah
dan Asyraf ahli Makkah, Sayyid Alwi Almaliki selalu menggunakan pakaian
yang berlainan dengan ulama yang berada di sekitarnya. Beliau selalu
mengenakan jubbah, serban (imamah) dan burdah atau rida yang biasa
digunakan dan dikenakan Asyraf Makkah.
Dalam meneruskan
perjuangan ayahandanya, Sayyid Muhammad sebelumnya mendapatkan sedikit
kesulitan karena beliau merasa belum siap untuk menjadi pengganti
ayahnya. Maka langkah pertama yang diambil adalah melanjutkan studi dan
ta’limnya terlebih dahulu. Beliau berangkat ke Kairo dan Universitas
al-Azhar Assyarif merupakan pilihannya. Setelah meraih S1, S2 dan S3
dalam fak Hadith dan Ushuluddin beliau kembali ke Makkah untuk
melanjutkan perjalanan yang telah di tempuh sang ayah. Disamping
mengajar di Masjidil Haram di halaqah, beliau diangkat sebagai dosen di
Universitas King Abdul Aziz- Jeddah dan Univesitas Ummul Qura Makkah
bagian ilmu Hadith dan Usuluddin. Cukup lama beliau menjalankan tugasnya
sebagai dosen di dua Universitas tsb, sampai beliau memutuskan
mengundurkan diri dan memilih mengajar di Masjidil Haram sambil membuka
majlis ta’lim dan pondok di rumah beliau. Adapun pelajaran yang di
berikan baik di masjidil haram atau di rumah tidak bertumpu pada ilmu
tertentu seperti di Universitas, akan tetapi semua pelajaran yang
diberikannya bisa di terima semua masyarakat baik masyarakat awam atau
terpelajar, semua bisa menerima dan mencicipi apa yang diberikan Sayyid
Muhammad
Maka dari itu beliau selalu menitik beratkan untuk membuat
rumah yang lebih besar dan bisa menampung lebih dari 500 murid per hari
yang biasa dilakukan selepas sholat Maghrib sampai Isya di rumahnya di
Hay al Rashifah. Begitu pula setiap bulan Ramadan dan hari raya, beliau
selalu menerima semua tamu dan muridnya dengan tangan terbuka tanpa
memilih golongan atau derajat. Semua di sisinya sama tamu-tamu dan murid
murid, semua mendapat penghargaan yang sama dan semua mencicipi ilmu
bersama. Dari rumah beliau telah keluar ulama-ulama yang membawa panji
Rasulallah ke suluruh pelosok permukaan bumi. Di Indonesia, India,
Pakistan, Afrika, Eropa, Amerika, apa lagi di Asia yang merupakan
sebagai orbit dakwah Sayyid Muhammad al Maliki, ribuan murid murid
beliau yang bukan hanya menjadi kyai dan ulama akan tetapi tidak sedikit
yang masuk ke dalam pemerintahan.
Foto: Beliau bersama Al-Habib
Al-Imam Al-Quthb Abdullah bin Abdul Qadir Balfaqih al-Husaini, pendiri
pesantren Darul Hadits, Malang, Jawa Timur.
Di samping pengajian dan
taklim yang rutin di lakukan setiap hari, beliau juga mengasuh pondok
yang jumlah santrinya tidak sedikit, semua berdatangan dari penjuru
dunia, belajar, makan, dan minum tanpa di pungut biaya sepeser pun
bahkan beliau memberikan beasiswa kepada para santri sebagai uang saku.
Setelah beberapa tahun belajar, para santri dipulangkan ke negara-negara
mereka untuk menyiarkan agama. Sayyid Muhammad al Maliki dikenal
sebagai guru, pengajar dan pendidik yang tidak beraliran keras, tidak
berlebih- lebihan, dan selalu menerima hiwar dengan hikmah dan mauidhah
hasanah.
Beliau ingin mengangkat derajat dan martabat Muslimin
menjadi manusia yang berperilaku, baik dalam muamalatnya kepada Allah
dan kepada sesama, terhormat dalam perbuatan, tindakan serta pikiran dan
perasaannya. Beliau adalah orang cerdas dan terpelajar, berani dan
jujur serta adil dan cinta kasih terhadap sesama. Itulah ajaran utama
Sayyid Muhammad bin Alawi Al Maliki. Beliau selalu menerima dan
menghargai pendapat orang dan menghormati orang yang tidak sealiran
dengannya. Semua yang berlawanan diterima dengan sabar dan usaha
menjawab dengan hikmah dan memecahkan sesuatu masalah dengan kenyataan
dan dalil-dalil yang benar bukan dengan emosi dan pertikaian yang tidak
bermutu dan berkesudahan.
Sayyid Muhammad tahu persis bahwa kelemahan
Islam terdapat pada pertikaian para ulamanya dan ini memang yang di
inginkan musuh Islam. Sampai-sampai beliau menerima dengan rela digeser
dari kedudukannya baik di Universitas dan ta’lim beliau di masjidil
Haram. Semua ini beliau terima dengan kesabaran dan keikhlasan bahkan
beliau selalu menghormati orang orang yang tidak sependapat dan sealiran
dengannya, semasih mereka memiliki pandangan khilaf yang bersumber dari
al-Qur’an dan Sunah. Adapun ulama yang telah mendapat gemblengan dari
Sayyid Muhammad bin Alawi Al Maliki, mereka sangat pandai, di samping
menguasai bahasa Arab, mereka juga menguasai ilmu-ilmu agama yang cukup
untuk dijadikan pegangan dan referensi di negara-negara mereka.
Pada
akhir hayat beliau saat terjadi insiden teroris di Saudi Arabia, beliau
mendapatkan undangan dari ketua umum Masjidil Haram Syekh sholeh bin
Abdurahman Alhushen untuk mengikuti “Hiwar Fikri” di Makkah yang
diadakan pada tg 5 sd 9 DhulQo’idah 1424 H dengan judul “Al-qhuluw wal
I’tidal Ruya Manhajiyyah Syamilah”, di sana beliau mendapat kehormatan
untuk mengeluarkan pendapatnya tentang thatarruf atau yang lebih poluler
disebut ajaran yang beraliran fundamentalists atau extremist (keras).
Dan dari sana beliau telah meluncurkan sebuah buku yang sangat popular
dikalangan masyarakat Saudi yang berjudul “Alqhuluw Dairah Fil Irhab Wa
Ifsad Almujtama”. Dari situ, mulailah pandangan dan pemikiran beliau
tentang da’wah selalu mendapat sambutan dan penghargaan masyarakat luas.
Pada tg 11/11/1424 H, beliau mendapat kesempatan untuk memberikan
ceramah di hadapan wakil raja Amir Abdullah bin Abdul Aziz yang isinya
beliau selalu menggaris-bawahi akan usaha menyatukan suara ulama dan
menjalin persatuan dan kesatuan da’wah.
Di samping tugas beliau
sebagai da’i, pengajar, pembibing, dosen, penceramah dan segala bentuk
kegiatan yang bermanfaat bagi agama, beliau juga seorang pujangga besar
dan penulis unggul. Tidak kurang dari 100 buku yang telah dikarangnya,
semuanya beredar di seluruh dunia. Tidak sedikit dari kitab-kitab beliau
yang beredar telah diterjemahkan kedalam bahasa Inggris, Prancis, Urdu,
Indonesia dll. Mafahim Yujibu an-Tusahhah (Konsep-konsep yang perlu
diluruskan) adalah salah satu kitab karya Sayyid Muhammad, red.)
bersinar layaknya suatu kemilau mutiara.
Inilah seorang manusia yang
menantang rekan-rekan senegaranya, kaum Salafi-Wahhabi, dan membuktikan
kesalahan doktrin-doktrin mereka dengan menggunakan sumber-sumber dalil
mereka. Untuk keberanian intelektualnya ini, Sayyid Muhammad dikucilkan
oleh ‘rumah Najd’ dan dituduh sebagai “seorang yang sesat”. Beliau pun
dicekal dari kedudukannya sebagai pengajar di Haram (yaitu di Masjidil
Haram, Makkah, red.). Kitab-kitab karya beliau dilarang, bahkan
kedudukan beliau sebagai professor di Umm ul-Qura pun dicabut. Beliau
ditangkap dan passport-nya ditahan. Namun, dalam menghadapi semua hal
tersebut, Sayyid Muhammad sama sekali tidak menunjukkan kepahitan dan
keluh kesah. Beliau tak pernah menggunakan akal dan intelektualitasnya
dalam amarah, melainkan menyalurkannya untuk memperkuat orang lain
dengan ilmu (pengetahuan) dan tasawwuf. Saat kaum Salafi-Wahhabi
mendiskreditkan beliau, beliau pun menulis lebih banyak buku dan
mendirikan Zawiyyah beliau sendiri yang menjadi “United Nations”
(Perserikatan Bangsa- Bangsa) dari para ‘Ulama.
Akhirnya,
protes dari dunia Muslim memaksa kaum Salafi-Wahhabi untuk menghentikan
usaha mereka mem-peti es-kan sang ‘alim kontemporer’ yang paling
terkenal dalam mazhab Maliki ini. Beberapa di antara mereka bahkan mulai
mendukung beliau. Kedengkian mereka sebenarnya didorong oleh fakta
bahwa Sayyid Muhammad al-Maliki jauh lebih unggul untuk dijadikan
tandingan mereka. Dengan sendirian saja, beliau mengambil Islam Sunni
dari klaim tangan-tangan Neo-Khawarij Salafi-Wahhabi dan menempatkannya
kembali ke tangan mayoritas ummat ini. Melalui berbagai karya-karyanya
yang menonjol, beliau menyuntikkan kepercayaan diri yang amat dibutuhkan
dalam perdebatan saat kaum jahil yang mengandalkan ijtihad pribadi
mulai meracuni pemikiran umat Islam.
Beliau Wafat
Jumat 15
Ramadhan, Makkah dan dunia Islam menangis. Setelah azan subuh
dikumandangkan dan sholat subuh didirikan di Masjidil Haram- Makkah,
tersiarlah berita bahwa Sayyid Mohammad bin Alwi Almaliki, wafat. Beliau
meninggal sekitar pukul 6 pagi di salah satu rumah sakit di Makkah,
setelah beberapa jam saja berjuang melawan penyakit yang datang secara
mendadak. Berita itu membuat cukup kabut keluarga, murid-muridnya, dan
masyarakat Makkah yang tengah menunggu kepulihan kembali kesehatan
beliau. Tapi sebaliknya berita yang didengar adalah wafatnya beliau. Ini
benar-benar yang membuat mereka menjadi kalang kabut.
Begitu
mendengar berita duka dari mulut ke mulut, ribuan masyarakat pencinta
beliau panik. Mereka kalang-kabut dan berbondong-bondong menyerbu rumah
kediaman beliau untuk menyaksikan kebenaran wafatnya beliau yang secara
mendadak. Karena mereka hampir tidak percaya dengan berita itu. Suasana
pun tambah panik lagi pagi itu setelah jasad Almarhum dibawa dari rumah
sakit ke rumah beliau.
Ribuan orang berduyun-duyun ke rumah beliau
ingin menyaksikan jenazah Almarhum secara langsung. Kepanikan warga
Makkah itu membuat macet lalu-lintas. Jalan menuju Hay al Rashifah,
rumah kediaman beliau, dipadati kendaraan dan manusia.
Beberapa jam
sebelum kepulangan beliau ke rahmatullah, tidak sedikit masyarakat dan
santri datang seperti biasa ke rumahnya di hay Rashifah Makkah untuk
mendengarkan wejangan dan ceramah Ramadhan yang biasa di berikan setiap
hari usai sholat tarawih. Mereka semua mendunggu ceramah dan nafahat
ramadhaniyah khususnya ceramah tentang perang Badar yang dijanjikan
beliau akan diutarakannya pada pertengahan bulan yang suci Ramadhan.
Akan
tetapi Allah telah merencanakan kematian beliau di hari itu yang tidak
bisa ditolak oleh siapapun. Pada saat itu Sayyid Mohammad bin Alwi al
Maliki mendapatkan serangan jantung secara mendadak dan segera dibawa
kerumah sakit. Hanya beberapa jam saja beliau tinggal di rumah sakit dan
dengan kesedihan yang dalam diberitakan beliau telah menghembuskan
nafasnya yang terakhir.
Beliau wafat hari jumat tgl 15 ramadhan 1425 H
( 2004 M) dan dimakamkan di pemakaman Al-Ma’la disamping makam istri
Rasulallah Saw. Khadijah binti Khuailid Ra. dengan meninggalkan 6 putra,
Ahmad, Abdullah, Alawi, Ali, al- Hasan dan al-Husen dan beberapa
putri-putri yang tidak bisa disebut satu persatu disini.
Dan yang
menyaksikan pemakaman beliau hampir seluruh umat muslimin yang berada
di Makkah pada saat itu termasuk para pejabat, ulama, para santri yang
datang dari seluruh pelosok negeri, baik dari luar Makkah atau dari luar
negeri. Semuanya menyaksikan hari terakhir beliau sebelum disemayamkan,
setelah disholatkan di Masjidil Haram ba’da sholat isya yang dihadiri
oleh tidak kurang dari sejuta manusia. Begitu pula selama tiga hari tiga
malam rumahnya terbuka bagi ribuan orang yang ingin mengucapkan
belasungkawa dan melakukan `aza’. Dan di hari terakhir `Aza, wakil Raja
Saudi, Amir Abdullah bin Abdul Aziz dan Amir Sultan datang ke rumah
beliau untuk memberikan sambutan belasungkawa dan mengucapkan selamat
tinggal kepada pemimpin agama yang tidak bisa dilupakan umat. Ketika
jenazah Sayyid Muhammad Al Maliki hendak dishalatkan di Masjidil Haram,
ribuan warga kota Mekkah bergantian menggusung jenazahnya. Dikabarkan
toko-toko di sekitar Masjidil Haram yang dilewati jenazah mematikan
lampu sebagai tanda dukacita. Kebesaran keluarga Al Maliki, bukan hanya
di Indonesia, tapi juga di negara-negara Afrika, Mesir, dan Asia
Tenggara. Jadi tidak heran dengan meninggalnya Sayyid Muhammad Al Maliki
umat Islam telah kehilangan satu ulama yang telah mengoreskan tinta
sejarah perjuangan menegakkan kalimat tauhid di muka bumi ini yang
menjadi tauladan buat kita semua.
Selamat tinggal ayah yang
berhati baik. Selamat tinggal sosok tubuh yang pernah menanamkan hikmah,
ilmu, teladan dihati hati kami. Selamat tinggal pemimpin umat yang tak
bisa kami lupakan dalam pendiriannya dan keikhlasannya. Selamat tinggal
pahlawan yang jujur, ikhlas dalam amal dan perbuatanya. Selamat jalan…
selamat jalan,.. kebaikan dan kemulyaan kamu telah meliputimu semasa
hidupmu dan disaat wafatmu. Kamu telah hidupi hari hari mu didunia
dengan mulia, dan sekarang kamu telah terima imbalannya disaat wafatmu
pula dengan mulia. Jika sekarang kita telah berpisah untuk sementara,
maka kami pasti akan menyusulmu Insya Allah dan kita pasti akan bertemu
dan berkumpul kembali.
Murid Beliau di Indonesia
Sayid
Muhammad Al Maliki mendirikan tidak kurang 30 buah pesantren dan sekolah
di Asia Tenggara. Karangannya mencapai puluhan kitab mengenai
usuluddin, syariah, fikih dan sejarah Nabi Muhammad. Ia mendapat gelar
profesor dari Universitas Al-Azhar pada tanggal 6 Mei 2000. Ratusan
murid yang menampa pendidikan di pesantrennya, biaya makan dan
pemondokan ditanggungnya, alias gratis.
Menurut Habib Abdurahman A
Basurrah, wakil sekjen Rabithah Alawiyah yang lama mukim di Arab Saudi,
di Indonesia di antara murid-murid Al-Maliki banyak yang menjadi ulama
terkenal dan pendiri dari berbagai pesantren. Murid-muridnya itu antara
lain Habib Abdulkadir Alhadad, pengurus Al-Hawi di Condet, Jakarta
Timur; Habib Hud Baqir Alatas pimpinan majelis taklim As-Shalafiah;
Habib Saleh bin Muhammad Alhabsji; Habib Naqib Bin Syechbubakar yang
memimpin majelis taklim di Bekasi; Novel Abdullah Alkaff
yang membuka pesantren di Parangkuda, Sukabumi.
Di
antara ulama Betawi lainnya yang pernah menimba ilmu di Makkah adalah
KH Abdurahman Nawi, yang kini memiliki tiga buah madrasah/pesantren
masing-masing di Tebet, Jakarta Timur, dan dua di Depok. Masih belasan
pesantren dan madrasah di Indonesia yang pendirinya adalah alumni dari
Al-Maliki. Seperti KH Ihya Ulumuddin yang memiliki pesantren di Batu,
Malang. Demikian pula Pesantren Riyadul Solihin di Ketapang
(Probolinggo), dan Pondok Pesantren Genggong, juga di Probolinggo.
Karya-karya Beliau:
Aqidah
* Mafahim Yajib ‘an Tusahhah (read online)
* Manhaj al-Salaf fi Fahm al-Nusus
* Al-Tahzir min al-Takfir
* Huwa Allah
* Qul Hazihi Sabeeli
* Sharh ‘Aqidat al-‘Awam
Tafsir
* Zubdat al-Itqan fi ‘Ulum al-Qur’an
* Wa Huwa bi al-Ufuq al-‘A’la
* Al-Qawa‘id al-Asasiyyah fi ‘Ulum al-Quran
* Hawl Khasa’is al-Quran
Hadits
* Al-Manhal al-Latif fi Usul al-Hadith al-Sharif
* Al-Qawa‘id al-Asasiyyah fi ‘Ilm Mustalah al-Hadith
* Fadl al-Muwatta wa Inayat al-Ummah al-Islamiyyah bihi
* Anwar al-Masalik fi al-Muqaranah bayn Riwayat al-Muwatta lil-Imam Malik
Sirah
* Muhammad(Sall Allahu ‘Alayhi Wa Sallam) al-Insan al-Kamil
* Tarikh al-Hawadith wa al-Ahwal al-Nabawiyyah
* ‘Urf al-T ‘arif bi al-Mawlid al-Sharif
* Al-Anwar al-Bahiyyah fi Isra wa M’iraj Khayr al-Bariyyah
* Al-Zakha’ir al-Muhammadiyyah
* Zikriyat wa Munasabat
* Al-Bushra fi Manaqib al-Sayyidah Khadijah al-Kubra
Ushul
* Al-Qawa‘id al-Asasiyyah fi Usul al-Fiqh
* Sharh Manzumat al-Waraqat fi Usul al-Fiqh
* Mafhum al-Tatawwur wa al-Tajdid fi al-Shari‘ah al-Islamiyyah
Fiqh
* Al-Risalah al-Islamiyyah Kamaluha wa Khuluduha wa ‘Alamiyyatuha
* Labbayk Allahumma Labbayk
* Al-Ziyarah al-Nabawiyyah bayn al-Shar‘iyyah wa al-Bid‘iyyah
* Shifa’ al-Fu’ad bi Ziyarat Khayr al-‘Ibad
* Hawl al-Ihtifal bi Zikra al-Mawlid al-Nabawi al-Sharif
* Al-Madh al-Nabawi bayn al-Ghuluww wa al-Ijhaf
Tasawwuf
* Shawariq al-Anwar min Ad‘iyat al-Sadah al-Akhyar
* Abwab al-Faraj
* Al-Mukhtar min Kalam al-Akhyar
* Al-Husun al-Mani‘ah
* Mukhtasar Shawariq al-Anwar
Lain-lain
* Fi Rihab al-Bayt al-Haram (Sejarah Kota Mekah)
* Al-Mustashriqun Bayn al-Insaf wa al-‘Asabiyyah (Study of Orientalism)
* Nazrat al-Islam ila al-Riyadah (Sports in Islam)
* Al-Qudwah al-Hasanah fi Manhaj al-Da‘wah ila Allah (Methods of Dawah)
* Ma La ‘Aynun Ra’at (Description of Paradise)
* Nizam al-Usrah fi al-Islam (Islam and Family)
* Al-Muslimun Bayn al-Waqi‘ wa al-Tajribah (Contemporary Muslim world)
* Kashf al-Ghumma (Virtues of helping fellow Muslims)
* Al-Dawah al-Islahiyyah (Call for Reform)
* Fi Sabil al-Huda wa al-Rashad (Collection of speeches)
* Sharaf al-Ummah al-Islamiyyah (Superiority of the Muslim Ummah)
* Usul al-Tarbiyah al-Nabawiyyah (Prophetic methods of education)
* Nur al-Nibras fi Asanid al-Jadd al-Sayyid Abbas (Set of Grandfather’s Ijazahs)
* Al-‘Uqud al-Lu’luiyyah fi al-Asanid al-Alawiyyah (Set of father’s Ijazahs)
* Al-Tali‘ al-Sa‘id al-Muntakhab min al-Musalsalat wa al-Asanid (Set of Ijazahs)
* Al-‘Iqd al-Farid al-Mukhtasar min al-Athbah wa al-Asanid (Set of Ijazahs)