Idul Adha – Renungan Dzulhijah 1434 H / 2013 M
Setiap tahun kaum Muslimin menyambut
datangnya Hari Idul Adha dengan memperbanyak bacaan takbir, tahmid, tasbih, dan
tahlil. Mereka yang mampu juga menyembelih hewan kurban, disertai dengan
merenungi diri masing-masing (mushabahah bin nafsih), sudah sejauh mana kita
konsekuen dan konsisten dalam pelaksanaan syariat Islam. Semangat berkurban
yang menjadi inti dari Hari Raya Idul Adha – menjadi tolok ukur dan gambaran
tentang seberapa besar kesediaan kita untuk mengorbankan apa yang kita miliki
demi kecintaan kita kepada Allah. Keteladanan Nabi Ibrahim AS menyembelih
Ismail patut kita jadikan bahan renungan. Sepasang ayah dan anak yang saling
mencintai rela berpisah dan melepas kecintaannya demi seorang ayah yang sangat
mencintai anaknya untuk memenuhi perintah Allah SWT, Nabi Ibrahim adalah cermin
seorang ayah yang sangat mencintai anaknya, Ismail. Lebih-lebih Ismail terlahir
setelah berdoa bertahun-tahun tiada henti kepada Allah, maka sejak kecil Ismail
dirawat, dipelihara, dan dididik dengan sebaik-baiknya. Akan tetapi,
kecintaannya tidak menjadikan sesuatu yang dicintainya sebagai tandingan akan
kecintaannya kepada Allah. “Dan, di
antara manusia ada orang-orang yang menyembah tandingan-tandingan selain Allah;
mereka mencintai sebagaimana mereka mencintai Allah,” [QS. Al Baqarah (2):
165].
Firman Allah SWT. Dalam
QS. Al Baqarah (2): 165
ÆÏBur Ĩ$¨Z9$# `tB äÏGt `ÏB Èbrß «!$# #Y#yRr& öNåktXq6Ïtä Éb=ßsx. «!$# ( tûïÉ©9$#ur (#þqãZtB#uä x©r& ${6ãm °! 3
öqs9ur
tt
tûïÏ%©!$#
(#þqãKn=sß
øÎ)
tb÷rtt
z>#xyèø9$#
¨br&
no§qà)ø9$#
¬!
$YèÏJy_
¨br&ur
©!$#
ßÏx©
É>#xyèø9$#
ÇÊÏÎÈ
165. dan diantara manusia ada orang-orang
yang menyembah tandingan-tandingan selain Allah; mereka mencintainya
sebagaimana mereka mencintai Allah. Adapun orang-orang yang beriman Amat sangat
cintanya kepada Allah.
dan jika seandainya orang-orang yang berbuat zalim itu[106] mengetahui ketika
mereka melihat siksa (pada hari kiamat), bahwa kekuatan itu kepunyaan Allah
semuanya, dan bahwa Allah Amat berat siksaan-Nya (niscaya mereka menyesal).
[106] Yang dimaksud
dengan orang yang zalim di sini ialah orang-orang yang menyembah selain Allah.
Sementara Ismail adalah produk dan
tempaan pendidikan yang penuh cahaya Islam dari orang tua. Sehingga, manakala
Allah memerintahkan kepada ayahandanya untuk menyembelih dirinya dan melihat
sedikit keraguan dalam diri ayahnya, Ibrahim, Ismail berseru sebagaimana
dikisahkan dalam Al Qur’an: “Wahai
ayahandaku, kerjakanlah apa yang telah diperintahkan Allah kepadamu. Insya
Allah engkau akan mendapati aku termasuk orang-orang yang sabar,” [QS. Ash
Shaffat (37): 102].
Firman Allah SWT. Dalam
QS. Ash Shaffat (37): 102
$¬Hs>sù
x÷n=t/
çmyètB
zÓ÷ë¡¡9$#
tA$s%
¢Óo_ç6»t
þÎoTÎ)
3ur&
Îû
ÏQ$uZyJø9$#
þÎoTr&
y7çtr2ør&
öÝàR$$sù
#s$tB
2ts?
4 tA$s% ÏMt/r'¯»t ö@yèøù$# $tB ãtB÷sè? ( þÎTßÉftFy bÎ) uä!$x© ª!$# z`ÏB tûïÎÉ9»¢Á9$# ÇÊÉËÈ
102. Maka tatkala anak itu sampai
(pada umur sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata: "Hai
anakku Sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka
fikirkanlah apa pendapatmu!" ia menjawab: "Hai bapakku, kerjakanlah apa yang
diperintahkan kepadamu; insya Allah kamu akan mendapatiku Termasuk orang-orang
yang sabar".
Menyimak hikmah yang terkandung di
balik riwayat Nabi Ibrahim dan Ismail, tentunya kurban yang sebagaimana
dimaksud tidak hanya sebatas aktivitas rutin memotong hewan ternak, sapi atau
domba. Allah berfirman, Dalam QS.
Al-Anfaal (8): 24
$pkr'¯»t z`Ï%©!$# (#qãZtB#uä (#qç7ÉftGó$# ¬! ÉAqߧ=Ï9ur #sÎ) öNä.$tãy $yJÏ9 öNà6Íøtä (
(#þqßJn=ôã$#ur
cr&
©!$#
ãAqçts
ú÷üt/
ÏäöyJø9$#
¾ÏmÎ7ù=s%ur
ÿ¼çm¯Rr&ur
Ïmøs9Î)
crç|³øtéB
ÇËÍÈ
24.
Hai orang-orang yang beriman, penuhilah seruan Allah dan seruan Rasul apabila
Rasul menyeru kamu kepada suatu yang memberi kehidupan kepada kamu[605], ketahuilah bahwa Sesungguhnya Allah membatasi antara
manusia dan hatinya[606] dan Sesungguhnya kepada-Nyalah kamu akan dikumpulkan.
[605] Maksudnya: menyeru
kamu berperang untuk meninggikan kalimat Allah yang dapat membinasakan musuh
serta menghidupkan Islam dan muslimin. juga berarti menyeru kamu kepada iman,
petunjuk Jihad dan segala yang ada hubungannya dengan kebahagiaan hidup di
dunia dan akhirat.
[606] Maksudnya:
Allah-lah yang menguasai hati manusia.
0 komentar:
Posting Komentar