Marhaban Ya Ramadlon
Ketika kita
mengharap bertemu dengan tamu agung yang kita gadang-gadang dan dinantikan
kedatangannya sejak dua bulan sebelumnya “Allahumma bariklana Fi Rajaba Wa Sya’bana
Wa balighna Ramadlona” di penghujung bulan kemudian maka terucap “Marhaban
Ya Ramadhan”
Kata "Marhaban" adalah kata seru untuk
menyambut dan menghormati tamu atau selamat datang. Sama dengan ahlan wa
sahlan yang juga berarti selamat datang. Walaupun, keduanya berarti selamat
datang tetapi penggunaannya berbeda. Para Ulama tidak menggunakan ahlan wa
sahlan untuk menyambut datangnya bulan Ramadhan, melainkan marhaban ya
Ramadhan.
Ahlan diambil dari kata ahl yang berarti mudah,
juga berarti dataran rendah, karena mudah dilalui. Ahlan wa sahlan
itu ungkapan selamat datang.
Sedangkan marhaban berasal dari kata rahb
yang berarti "luas" atau "lapang", sehingga marhaban
menggambarkan bahwa tamu yang disambut dan diterima dengan lapang
dada/dada lapang, penuh kegembiraan serta dipersiapkan baginya ruang yang luas
untuk melakukan apa saja yang diinginkannya.
Dari akar kata yang sama "marhaban",
terbentuk kata rahbat yang antara lain berarti "ruangan
luas untuk kendaraan, untuk memperoleh kebaikan atau kebutuhan pengendara guna
melanjutkan perjalanan".
Marhaban Ya Ramadhan berarti selamat datang Ramadhan
mengandung arti bahwa kita menyambutnya dengan lapang dada, penuh kegembiraan,
tidak dengan menggerutu dan menganggap kehadirannya mengganggu ketenangan atau
suasana nyaman kita.
Marhaban ya Ramadhan, kita ucapkan untuk bulan suci
Ramadhan, karena kita mengharapkan agar jiwa raga kita diasah dan diasuh guna
melanjutkan perjalanan menuju Allah SWT.
Ada gunung tinggi yang harus ditelusuri guna menemui
Allah SWT, itulah nafsu. Di gunung itu ada lereng yang curam, belukar yang
lebat, bahkan banyak perampok yang mengancam serta iblis yang merayu agar
perjalanan tidak dilanjutkan.
Bertambah tinggi gunung didaki bertambah lebat ancaman
dan rayuan, semakin curam dan ganas pula perjalanan. Tetapi jika tekad tetap
membaja sebentar lagi akan tampak cahaya terang benderang dan saat itu akan
tampak dengan jelas rambu-rambu jalan, tampak tempat-tempat indah untuk
berteduh, serta telaga-telaga jernih untuk melepaskan dahaga.
Dan bila perjalanan dilanjutkan akan ditemukan kendaraan
Ar-Rahman untuk mengantar sang musafir bertemu dengan kekasihnya, Allah
SWT.
Demikianlah kurang lebih perjalanan itu dilukiskan, tentu
kita perlu mempersiapkan bekal guna menelusuri jalan itu. Benih-benih kebajikan
yang harus kita tabur di lahan jiwa kita. Tekad yang membaja untuk memerangi
nafsu agar kita mampu menghidupkan malam Ramadhan dengan shalat tarawih dan
tadarus, serta siangnya dengan ibadah kepada Allah SWT melalui pengabdian untuk
agama, bangsa dan negara.
---------------------------------------------
"Jiwa-jiwa manusia
ibarat pasukan. Jika saling mengenal mereka rukun tetapi jika tidak saling
mengenal, mereka beselisih."
0 komentar:
Posting Komentar