Nikmat terbesar yang diberikan Allah kepada kita
adalah nikmat iman dan Islam, yang berarti juga nikmat dijadikan sebagai umat
Nabi Muhammad SAW. Kita menyadari, meski begitu berlimpahnya nikmat yang Allah
berikan kepada kita, ternyata dosa-dosa kita sangat banyak dan amal shalih kita
sangat sedikit. Tentu ini sangat mengkhawatirkan. Semestinya rasa takut di hati
kita lebih besar dibandingkan harapan yang ada. Mau tidak mau kita harus
mencari sandaran yang dapat menyelamatkan, dan salah satunya yang terpenting
adalah bersandar kepada Pemimpin para Rasul dan Kekasih Tuhan sekalian alam,
Rasulullah SAW.
Cara terbaik adalah dengan banyak membaca shalawat
kepada beliau. Terlepas dari keadaan kita, apakah banyak dosa atau tidak,
apakah amalnya banyak atau sedikit, tetap saja shalawat sangat penting dan
sangat bernilai bagi kita. Mengapa ? Karena, selain menunjukkan kecintaan
kepada beliau, yang sangat berjasa bagi kita, manfaatnya juga kembali keoada
kita, bahkan kitalah sesungguhnya yang lebih mendapatkan keuntungan.
Banyak hadits yang memerintahkan dan mendorong
kita untuk bershalawat, bahkan banyak-banyak bershalawat, kepada Nabi SAW.
Dalam sebuah hadits dikatakan, “Barang siapa bershalawat kepadaku satu kali,
niscaya Allah akan bershalawat (menurunkan rahmat) kepadanya sepuluh kali.”
Demikian hadits yang diriwayatkan oleh Muslim. Dalam hadits lain dikatakan, “Di
mana kalian berada, bershalawatlah kepadaku, karena shalawat kalian pasti
sampai kepadaku.” Demikian pula dalam hadits yang menyebutkan, “Barang siapa
bershalawat kepadaku, niscaya shalawatnya sampai kepadaku dan aku akan
bershalawat kepadanya, dan selain itu dituliskan baginya sepuluh kebaikan.”
Shalawat kepada Nabi SAW sangat ditekankan di
setiap waktu dan lebih ditekankan lagi pada hari dan malam Jum’at. Sebuah
hadits menyebutkan, “Perbanyaklah shalawat kalian kepadaku pada hari Jum’at dan
malam Jum’at. Maka barang siapa yang bershalawat kepadaku satu kali, Allah akan
bershalawat kepadanya sepuluh kali.” Dalam hadits lain dikatakan, “Perbanyaklah
shalawat kalian kepadaku pada hari Jum’at, karena shalawat kalian diperlihatkan
kepadaku pada setiap hari Jum’at. Maka barang siapa paling banyak shalawatnya
kepadaku, berarti paling dekat kedudukannya denganku.”
Apakah perintah dan dorongan untuk membaca
shalawat hanya terdapat dalam hadits? Tidak, secara tegas ayat Al-Qur’an juga
menekankan hal itu. Allah berfirman dalam Q.S 33 : 56 (Al-Qur'an Surat Al-Ahzab ayat 56 ) :
¨ ¨bÎ) ©!$# ¼çmtGx6Í´¯»n=tBur tbq=|Áã n?tã ÄcÓÉ<¨Z9$# 4 $pkr'¯»t úïÏ%©!$# (#qãZtB#uä (#q=|¹ Ïmøn=tã (#qßJÏk=yur $¸JÎ=ó¡n@ ÇÎÏÈ
Artinya : Sesungguhnya Allah
dan malaikat-malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi[1229]. Hai orang-orang yang
beriman, bershalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan
kepadanya[1230].
[1229] Bershalawat artinya :
kalau dari Allah berarti memberi rahmat : dari Malaikat berarti memintakan
ampunan dan kalau dari orang-orang mukmin berarti berdoa supaya diberi rahmat
seperti dengan perkataan : Allahuma shalli ala Muhammad.
[1230] Dengan mengucapkan
Perkataan seperti : Assalamu'alaika ayyuhan Nabi artinya : semoga keselamatan
tercurah kepadamu Hai Nabi.
Perhatikanlah, perintah tersebut didahului oleh
pernyataan yang tegas bahwa Allah pun bershalat kepadanya, begitu pula dengan para
malaikat-Nya. Tentu makna shalawat Allah berbeda dengan shalawat kita. Terlepas
dari hal itu, perintah yang jelas tersebut, yang didahului dengan pernyataan
yang tegas itu, pasti mengandung sesuatu yang sangat berarti, dan karenanya
harus diperhatikan dengan sungguh-sungguh. Pernahkah kita merenungkannya?
Meskipun tampaknya dengan shalawat yang kita
ucapkan kita mendoakan Rasulullah SAW, pada hakikatnya kita mendoakan diri kita
sendiri. Selain menandakan kecintaan kepada Rasulullah SAW, dengan bershalawat
berarti kita memberikan perhatian terhadap kepentingan kita sendiri.
Secara umum semua shalawat memiliki
keutamaan-keutamaan yang besar. Di samping itu, masing-masing shalawat secara
khusus memiliki keutamaan dan keistimewaan tersendiri. Untuk mendapatkan
manfaat-manfaat yang umum dan khusus itu kita bisa membaca berbagai shalawat
yang sangat dikenal dan banyak diamalkan orang dimana-mana beserta
penjelasannya. Seperti tersebut dalam kitab Afdhal
ash-Shalawat ‘ala Sayyid as-Sadat, karya
Asy-Syaikh Yusuf bin Ismail An-Nabhani, dan kitab Mafatih as-Sa’adat fi ash-Shalawat ‘ala Sayyid as-Sadat, susunan Al-Habib Abu Bakar bin Abdullah bin ‘Alwi
Al-Attas.
Marilah kita jadikan bulan Maulid (Rabbiul Awwal),
sebagai kesempatan untuk menunjukkan kecintaan kepada junjungan kita, Nabi
Muhammad SAW, yang salah satu caranya dengan banyak bershalawat kepada beliau.
Selanjutnya kita menjadikannya sebagai wirid sehari-hari, bukan saja di bulan
Maulid, tetapi juga setiap bulan, bahkan setiap hari, demi mendapatkan keuntungan
yang tak terhingga banyaknya.
0 komentar:
Posting Komentar