Di antara bulan-bulan dalam tahun
Jijriyyah, terdapat beberapa bulan yang memiliki kelebihan dibandingkan bulan
yang lain. Salah satunya adalah Muharram, bulan pertama. Dalam sejarahnya,
Muharram dijadikan awal bulan oleh Sayyidina Umar pada tahun 17 Hijriyyah,
meskipun dalam tradisi urutan bulan di Arab sudah ada sejak lama.
Salah satu keistimewaan Muharram,
pada bulan ini terdapat hari yang mulia, yaitu tanggal 10, yang biasa disebut
“Hari Asyura”. Rasulullah SAW bersabda mengenai tanggal itu, “Asyura ialah hari
tanggal 10”. Demikian hadits shahih yang diriayatkan oleh Imam Ad-Daraquthni
dari Abu Hurairah.
Kemuliaan Asyura
Apa sebab hari Asyura itu dianggap
mulia? Di dalam kitab At-Tuhfah
Al-Mardhiyyah disebutkan, “Dinamakan Asyura sebab pada hari itu Allah
memuliakan – yakni dengan memberikan kemenangan atau keselamatan dari bencana –
kepada sejumlah nabi.”
Pertanyaannya, kemulianan atau
kemenangan apa saja yang diberikan kepada mereka? Jawabannya disebutkan dalam
kitab Al-Jawahir Al-Makkiyah. Di
antara kemuliaan pada hari itu adalah:
- Allah
menciptakan Naabi Adam AS, dan pada hari itu juga beliau diperintahkan
untuk berdiam dalam surga Darus Salam.
- Nabi
Nuh As mendarat di Gunung Judiy sesudah terjadi banjir besar yang airnya
menggenangi seluruh permukaan bumi.
- Nabi
Ibrahim As diselamatkan oleh Allah ketika dilempar oleh Raja Namrudz ke
tempat api yang menyala-nyala, api itu terasa dingin saja bagi beliau.
- Nabi
Yunus AS dapat keluar dari perut ikan setelah berhari-hari berada di
dalamnya yang gelap gulita.
- Nabi
Ayub AS disembuhkan dari penyakitnya yang menghinggapi seluruh tubuhnya
yang menurut pertimbangan akal mungkin tidak dapat sembuh lagi.
- Nabi
Yusuf As dikeluarkan dari sumur yang gelap karena perbuatan
saudara-saudaranya yang dengki dan iri kepadanya.
- Nabi
Ya’qub AS disembuhkan dari matanya yang buta karena terus-menerus menangis
memikirkan nasib putranya, yakni Nabi Yusuf AS.
Ketika sembuh, seolah-olah beliau tidak pernah sakit mata sama sekali.
- Allah
membelah lautan untuk memberikan pertolongan kepada Nabi Musa AS yang
dikejar oleh Raja Fir’aun, sehingga Nabi Musa As dan umatnya dapat
menyeberangi lautan itu di tengah-tengahnya.
- Allah
menghinakan Fir’aun dan semua tentaranya dengan menenggelamkan mereka
dalam lautan. Nabi Musa AS lalu berpuasa dan bersyukur kepada Allah.
Amalan Asyura
Saat hari Asyura sangat disayangkan
bila terlewat begitu saja tanpa diisi dengan amaliah ibadah, di antaranya
dengan berdoa. Berikut ini adalah beberapa amalan yang dapat dibaca pada hari
Asyura, baik siang maupun malam.
Amalan Malam Asyura
Dalam kitab Kanz An-Najaah wa
As-Suruur, Syaikh Abdul Hamid Kudus mengatakan, di antara yang dianjurkan untuk
diamalkan pada saat Asyura adalah menghidupkan malamnya dengan membaca Al-Quran
atau mendengarkannya, juga membaca doa-doa dan dzikir-dzikir, terutama yang
berasal dari Nabi Muhammad SAW.
Amalan Hari Asyura
Sedangkan pada siang hari Adyura,
para ulama menganjurkan banyak hal untuk dilakukan. Ada yang menyebutkan sepuluh macam perbuatan,
ada pula yang menyebutkannya dua belas macam, yaitu:
- Membaca
shalawat dan salam (dihitung dua amalan)
- Bersilaturahim
- Bersedekah
- Mandi
- Memakai
celak mata
- Mengunjungi
orang alim
- Menjenguk
orang sakit
- Mengusap
kepala anak yatim
- Meluaskan
nafkah untuk orang-orang yang ditanggung (anak, istri, dan lain-lain)
- Menggunting
kuku,
- Membaca
surah Al-Ikhlas sebanyak seribu kali.
Di antara kedua belas amalan itu,
dua di antaranya adalah berdasarkan hadits shahih, yaitu berpuasa dan meluaskan
nafkah kepada keluarga yang ditanggung.
Di antara yang yang dianjurkan juga
pada siang hari Asyura adalah menyibukkan diri dengan banyak beribadah,
terutama hasbalah (membaca Hasbunallaahu
wa ni’mal wakiil atau Hasbiyallaahu
wa ni’mal wakiil) dan tasbih. Keduanya mengandung faedah yang sangat besar.
Puasa Hari Asyura
Pada hari Asyura, kaum muslimin
disunnahkan untuk melakukan puasa sebagaimana tersebut dalam sebuah hadits,
“Asyura adalah hari raya para nabi sebelum kalian, maka berpuasalah kalian
semua pada hari itu.” Hadits hasan itu diriwayatkan oleh Al Bazzar dari Abu
Hurairah.
Selain puasa pada hari Asyura,
disunnahkan pula puasa pada hari kesembilan, yang disebut hari “Tasu’a”. Dalam
hadits dikatakan, “Seandainya aku masih hidup sampai tahun depan, aku akan
puasa pada hari Tasu’a.” Itu adalah agar kaum muslim berbeda dari orang Yahudi,
karena merekapun berpuasa pada hari Asyura.
Diceritakan juga bahwa, orang Arab
pada masa Jahiliyah juga berpuasa pada hari itu, Mereka juga memakaikan kiswah
di Ka’bah pada hari itu.
Puasa pada hari itu sangat
dusunnahkan. Dalam hadits yang diriwayatkan oleh Al-Bukhari dan Muslim
disebutkan, ketika Nabi Muhammad SAW sampai di Madinah, beliau mendapati orang
Yahudi berpuasa pada hari Asyura karena Allah telah menyelamatkan Nabi Musa AS
pada hari itu. Nabi Muhammad SAW lalu bersabda, “Aku lebih berhak atas Nabi
Musa.” Kemudian, Nabi Muhammad SAW berpuasa pada hari itu dan mengajak orang
untuk berpuasa juga.
Nabi Muhammad SAW sangat menuntut
untuk berpuasa Asyura sebelum diwajibkan puasa Ramadhan. Ketika diwajibkan
puasa pada bulan Ramadhan, puasa Asyura menjadi sunnah.
Dalam kitab Al-Majmu’, karya Imam Nawawi, terdapat keterangan terperinci
tentang puasa Asyura:
Para sahabat, para ulama Syafi’i,
berbeda pendapat tentang puasa Asyura. Apakah puasa itu wajib pada permulaan
Islam kemudian di-nasakh (dihapus
kewajibannya), atau tidak wajib sejak semula.
Menurut Imam Syafi’i, yang lebih
nyata adalah, puasa Asyura ini tidak wajib. Namun ada pula yang mengatakan,
puasa Asyura itu wajib. Ini pendapat Abu Hanifah.
Para ulama umumnya sepakat bahwa puasa
pada hari itu tidak wajib, melainkan sunnah saja.
Pendapat yang mengatakan wajib
berdasarkan riwayat yang menyebutkan bahwa Nabi pernah mengutus seorang laki-laki pada hari
Asyura ke kaumnya. Mereka diperintahkan untuk berpuasa pada hari itu dan mereka
yang telah terlanjur makan hendaknya berpuasa pada sisa harinya.
Dalam hadits yang diriwayatkan dari
Aisyah, dikatakan, “Rasulullah memerintahkan untuk berpuasa pada hari Asyura,
sebelum diwajibkan puasa bulan Ramadhan. Setelah puasa Ramadhan diwajibkan,
yang mau berpuasa boleh berpuasa dan yang tidak mau boleh tidak berpuasa.”
Dari Ibnu Umar disebutkan,
Rasulullah SAW dan kaum muslimin berpuasa pada hari Asyura sebelum diwajibkan
puasa Ramadhan. Setlah puasa Ramadhan diwajibkan, Rasulullah SAW bersabda,
“Barangsiapa yang mau berpuasa, boleh; dan siapa yang tidak mau berpuasa, juga
boleh.”
Dari
Aisyah, ia mengatakan, “Hari Asyura adalah hari yang dipuasakan oleh orang Quraisy
pada masa Jahiliyah. Namun ketika Islam dating, Rasulullah SAW berkata,’Barang
siapa yang mau berpuasa, silahkan berpuasa; dan barang siapa yang tidak mau,
silahkan meninggalkannya.” (HR. Muslim).
Wirid Hari Asyura
Pada hari Asyura, amalan yang sangat baik pula
untuk dilakukan selain berpuasa adalah banyak-banyak membaca wirid dan dzikir.
Di antaranya, dianjurkan membaca wirid di bawah ini tujuh puluh kali:
Hasbiyallaahu wa ni’mal-wakiil, ni’mal-maulaa
wa ni’man-nashiir.
“Cukuplah Allah bagiku, Dia sebaik-baik
pengurus, sebaik-baik penolong, sebaik-baik pemberi pertolongan.”
Kemudian dilanjutkandengan membaca tasbih
berikut:
Subhaanallaahi mil-al miizaan wa
mumuntahal-‘ilmi wa mablaghar-ridhaa wa zinatal-arsy laa manjaa wa laa maljaa
minallaahi illaa ilaih.
Subhaanallaahi ‘adadasy-syaf’i wal-watri wa
‘adada kalimaatihit-taammati kullihaa.
As-alukas-salaamata birahmatika yaa
arhamarraahimiin, Wa laa haula wa laa quwwata illaa billaahil-‘aliyyil-‘adhiim,
wa huwa hasbii wa ni’mal-wakiil, ni’mal-maulaa wa ni’man-nashiir, wa
shallallaahu ‘alaa nabiyyinaa khairi khalqihi sayyidinaa Muhammadin wa ‘alaa
aalihi wa shahbihi ajma’iin.
“Subhanallah sepenuh mizan
(timbangan amal), sepenuh ilmu, sebatas keridhaan, dan seberat arsy. Tiada
tempat untuk menyelamatkan diri dari adzab Allah melainkan kepada Allah.
Subhanallah sebanyak bilangan yang genap dan yang ganjil dan sebanyak kalimat-Nya yang sempurna semuanya. Aku meminta
kepada-Mu keselamatan dengan rahmat-Mu, wahai Tuhan Yang Paling Pengasih di
antara yang pengasih. Tiada daya dan kekuatan melainkan hanya dari Allah, Yang
Maha Tinggi dan Maha Agung. Dia cukup bagiku, sebaik-baik pengurus, sebaik-baik
penolong, dan sebaik-baik pemberi pertolongan. Semoga Allah memberi rahmat
untuk nabi kami, Nabi Muhammad, dan keluarga serta para sahabatnya.”
Ada pula dengan redaksi lain yang disebutkan
dalam kitab Fath Al-Bari:
…