Sabtu, 25 Oktober 2014

Muharram - Kemuliaan Asyura

Di antara bulan-bulan dalam tahun Jijriyyah, terdapat beberapa bulan yang memiliki kelebihan dibandingkan bulan yang lain. Salah satunya adalah Muharram, bulan pertama. Dalam sejarahnya, Muharram dijadikan awal bulan oleh Sayyidina Umar pada tahun 17 Hijriyyah, meskipun dalam tradisi urutan bulan di Arab sudah ada sejak lama.
Salah satu keistimewaan Muharram, pada bulan ini terdapat hari yang mulia, yaitu tanggal 10, yang biasa disebut “Hari Asyura”. Rasulullah SAW bersabda mengenai tanggal itu, “Asyura ialah hari tanggal 10”. Demikian hadits shahih yang diriayatkan oleh Imam Ad-Daraquthni dari Abu Hurairah.

Kemuliaan Asyura
Apa sebab hari Asyura itu dianggap mulia? Di dalam kitab At-Tuhfah Al-Mardhiyyah disebutkan, “Dinamakan Asyura sebab pada hari itu Allah memuliakan – yakni dengan memberikan kemenangan atau keselamatan dari bencana – kepada sejumlah nabi.”
Pertanyaannya, kemulianan atau kemenangan apa saja yang diberikan kepada mereka? Jawabannya disebutkan dalam kitab Al-Jawahir Al-Makkiyah. Di antara kemuliaan pada hari itu adalah:
  1. Allah menciptakan Naabi Adam AS, dan pada hari itu juga beliau diperintahkan untuk berdiam dalam surga Darus Salam.
  2. Nabi Nuh As mendarat di Gunung Judiy sesudah terjadi banjir besar yang airnya menggenangi seluruh permukaan bumi.
  3. Nabi Ibrahim As diselamatkan oleh Allah ketika dilempar oleh Raja Namrudz ke tempat api yang menyala-nyala, api itu terasa dingin saja bagi beliau.
  4. Nabi Yunus AS dapat keluar dari perut ikan setelah berhari-hari berada di dalamnya yang gelap gulita.
  5. Nabi Ayub AS disembuhkan dari penyakitnya yang menghinggapi seluruh tubuhnya yang menurut pertimbangan akal mungkin tidak dapat sembuh lagi.
  6. Nabi Yusuf As dikeluarkan dari sumur yang gelap karena perbuatan saudara-saudaranya yang dengki dan iri kepadanya.
  7. Nabi Ya’qub AS disembuhkan dari matanya yang buta karena terus-menerus menangis memikirkan nasib putranya, yakni Nabi Yusuf AS. Ketika sembuh, seolah-olah beliau tidak pernah sakit mata sama sekali.
  8. Allah membelah lautan untuk memberikan pertolongan kepada Nabi Musa AS yang dikejar oleh Raja Fir’aun, sehingga Nabi Musa As dan umatnya dapat menyeberangi lautan itu di tengah-tengahnya.
  9. Allah menghinakan Fir’aun dan semua tentaranya dengan menenggelamkan mereka dalam lautan. Nabi Musa AS lalu berpuasa dan bersyukur kepada Allah.

Amalan Asyura
Saat hari Asyura sangat disayangkan bila terlewat begitu saja tanpa diisi dengan amaliah ibadah, di antaranya dengan berdoa. Berikut ini adalah beberapa amalan yang dapat dibaca pada hari Asyura, baik siang maupun malam.

Amalan Malam Asyura
Dalam kitab Kanz An-Najaah wa As-Suruur, Syaikh Abdul Hamid Kudus mengatakan, di antara yang dianjurkan untuk diamalkan pada saat Asyura adalah menghidupkan malamnya dengan membaca Al-Quran atau mendengarkannya, juga membaca doa-doa dan dzikir-dzikir, terutama yang berasal dari Nabi Muhammad SAW.

Amalan Hari Asyura
Sedangkan pada siang hari Adyura, para ulama menganjurkan banyak hal untuk dilakukan. Ada yang menyebutkan sepuluh macam perbuatan, ada pula yang menyebutkannya dua belas macam, yaitu:
  1. Membaca shalawat dan salam (dihitung dua amalan)
  2. Bersilaturahim
  3. Bersedekah
  4. Mandi
  5. Memakai celak mata
  6. Mengunjungi orang alim
  7. Menjenguk orang sakit
  8. Mengusap kepala anak yatim
  9. Meluaskan nafkah untuk orang-orang yang ditanggung (anak, istri, dan lain-lain)
  10. Menggunting kuku,
  11. Membaca surah Al-Ikhlas sebanyak seribu kali.

Di antara kedua belas amalan itu, dua di antaranya adalah berdasarkan hadits shahih, yaitu berpuasa dan meluaskan nafkah kepada keluarga yang ditanggung.
Di antara yang yang dianjurkan juga pada siang hari Asyura adalah menyibukkan diri dengan banyak beribadah, terutama hasbalah (membaca Hasbunallaahu wa ni’mal wakiil atau Hasbiyallaahu wa ni’mal wakiil) dan tasbih. Keduanya mengandung faedah yang sangat besar.

Puasa Hari Asyura
Pada hari Asyura, kaum muslimin disunnahkan untuk melakukan puasa sebagaimana tersebut dalam sebuah hadits, “Asyura adalah hari raya para nabi sebelum kalian, maka berpuasalah kalian semua pada hari itu.” Hadits hasan itu diriwayatkan oleh Al Bazzar dari Abu Hurairah.
Selain puasa pada hari Asyura, disunnahkan pula puasa pada hari kesembilan, yang disebut hari “Tasu’a”. Dalam hadits dikatakan, “Seandainya aku masih hidup sampai tahun depan, aku akan puasa pada hari Tasu’a.” Itu adalah agar kaum muslim berbeda dari orang Yahudi, karena merekapun berpuasa pada hari Asyura.
Diceritakan juga bahwa, orang Arab pada masa Jahiliyah juga berpuasa pada hari itu, Mereka juga memakaikan kiswah di Ka’bah pada hari itu.
Puasa pada hari itu sangat dusunnahkan. Dalam hadits yang diriwayatkan oleh Al-Bukhari dan Muslim disebutkan, ketika Nabi Muhammad SAW sampai di Madinah, beliau mendapati orang Yahudi berpuasa pada hari Asyura karena Allah telah menyelamatkan Nabi Musa AS pada hari itu. Nabi Muhammad SAW lalu bersabda, “Aku lebih berhak atas Nabi Musa.” Kemudian, Nabi Muhammad SAW berpuasa pada hari itu dan mengajak orang untuk berpuasa juga.
Nabi Muhammad SAW sangat menuntut untuk berpuasa Asyura sebelum diwajibkan puasa Ramadhan. Ketika diwajibkan puasa pada bulan Ramadhan, puasa Asyura menjadi sunnah.
Dalam kitab Al-Majmu’, karya Imam Nawawi, terdapat keterangan terperinci tentang puasa Asyura:
Para sahabat, para ulama Syafi’i, berbeda pendapat tentang puasa Asyura. Apakah puasa itu wajib pada permulaan Islam kemudian di-nasakh (dihapus kewajibannya), atau tidak wajib sejak semula.
Menurut Imam Syafi’i, yang lebih nyata adalah, puasa Asyura ini tidak wajib. Namun ada pula yang mengatakan, puasa Asyura itu wajib. Ini pendapat Abu Hanifah.
Para ulama umumnya sepakat bahwa puasa pada hari itu tidak wajib, melainkan sunnah saja.
Pendapat yang mengatakan wajib berdasarkan riwayat yang menyebutkan bahwa Nabi  pernah mengutus seorang laki-laki pada hari Asyura ke kaumnya. Mereka diperintahkan untuk berpuasa pada hari itu dan mereka yang telah terlanjur makan hendaknya berpuasa pada sisa harinya.
Dalam hadits yang diriwayatkan dari Aisyah, dikatakan, “Rasulullah memerintahkan untuk berpuasa pada hari Asyura, sebelum diwajibkan puasa bulan Ramadhan. Setelah puasa Ramadhan diwajibkan, yang mau berpuasa boleh berpuasa dan yang tidak mau boleh tidak berpuasa.”
Dari Ibnu Umar disebutkan, Rasulullah SAW dan kaum muslimin berpuasa pada hari Asyura sebelum diwajibkan puasa Ramadhan. Setlah puasa Ramadhan diwajibkan, Rasulullah SAW bersabda, “Barangsiapa yang mau berpuasa, boleh; dan siapa yang tidak mau berpuasa, juga boleh.”
Dari Aisyah, ia mengatakan, “Hari Asyura adalah hari yang dipuasakan oleh orang Quraisy pada masa Jahiliyah. Namun ketika Islam dating, Rasulullah SAW berkata,’Barang siapa yang mau berpuasa, silahkan berpuasa; dan barang siapa yang tidak mau, silahkan meninggalkannya.” (HR. Muslim).

Wirid Hari Asyura
Pada hari Asyura, amalan yang sangat baik pula untuk dilakukan selain berpuasa adalah banyak-banyak membaca wirid dan dzikir. Di antaranya, dianjurkan membaca wirid di bawah ini tujuh puluh kali:

Hasbiyallaahu wa ni’mal-wakiil, ni’mal-maulaa wa ni’man-nashiir.

“Cukuplah Allah bagiku, Dia sebaik-baik pengurus, sebaik-baik penolong, sebaik-baik pemberi pertolongan.”

Kemudian dilanjutkandengan membaca tasbih berikut:

Subhaanallaahi mil-al miizaan wa mumuntahal-‘ilmi wa mablaghar-ridhaa wa zinatal-arsy laa manjaa wa laa maljaa minallaahi illaa ilaih.
Subhaanallaahi ‘adadasy-syaf’i wal-watri wa ‘adada kalimaatihit-taammati kullihaa.
As-alukas-salaamata birahmatika yaa arhamarraahimiin, Wa laa haula wa laa quwwata illaa billaahil-‘aliyyil-‘adhiim, wa huwa hasbii wa ni’mal-wakiil, ni’mal-maulaa wa ni’man-nashiir, wa shallallaahu ‘alaa nabiyyinaa khairi khalqihi sayyidinaa Muhammadin wa ‘alaa aalihi wa shahbihi ajma’iin.

“Subhanallah sepenuh mizan (timbangan amal), sepenuh ilmu, sebatas keridhaan, dan seberat arsy. Tiada tempat untuk menyelamatkan diri dari adzab Allah melainkan kepada Allah. Subhanallah sebanyak bilangan yang genap dan yang ganjil dan sebanyak kalimat-Nya yang sempurna semuanya. Aku meminta kepada-Mu keselamatan dengan rahmat-Mu, wahai Tuhan Yang Paling Pengasih di antara yang pengasih. Tiada daya dan kekuatan melainkan hanya dari Allah, Yang Maha Tinggi dan Maha Agung. Dia cukup bagiku, sebaik-baik pengurus, sebaik-baik penolong, dan sebaik-baik pemberi pertolongan. Semoga Allah memberi rahmat untuk nabi kami, Nabi Muhammad, dan keluarga serta para sahabatnya.”

Ada pula dengan redaksi lain yang disebutkan dalam kitab Fath Al-Bari:
… 

0 komentar:

Posting Komentar

"MENGABDI UNTUK BERBAKTI"

___________________________

Powered by: Blogger